Wednesday, July 30, 2014

Terimakasih Tuhan untuk Kedua Kalinya

“Entah feeling atau apa.. hanya saja perasaanku mendadak sangat tidak nyaman saat itu.”
...............
Sewaktu aku kecil aku pernah mengalami kejadian yang amat lekat di memoriku. Kejadian yang masih menjadi trauma bagiku. Saat itu, aku sedang naik motor dengan kedua orangtuaku. Karena sebuah kecelakaan kecil, motor yang dikendarai ayahku hampir saja masuk ke dalam jurang. Detik-detik yang menegangkan dalam hidupku, dan aku pun sangat bersyukur karna aku bisa selamat.
...............
Sore itu perasaanku senang sekali karena akan mengikuti acara Tadrib. Tadrib adalah acara yang diadakan oleh CMA (organisasi rohis di sekolaku). Tadrib diadakan sekali setahun dan biasanya kita pergi camping ke gunung. Lokasi campingnya di Batu Kuda, ya tak terlalu jauh juga karena masih di daerah Bandung.

Setelah selesai pengarahan, kami pun berkemas dan memasukkan barang-barang kami ke dalam angkot. Ya! Kita pergi ke Batu Kuda naik angkot bersama. Sekitar 5 angkot sudah di booking untuk perjalanan kami kesana. Entah feeling atau apa.. hanya saja perasaanku mendadak sangat tidak nyaman saat itu. Perasaanku yang senang tadi tiba-tiba diselimuti rasa khawatir. Teman-temanku sudah masuk angkot. Mereka lebih memilih duduk paling ujung, bahkan berebutan untuk mendapatkan kursi yang paling ujung. Sedangkan aku? Aku lebih memilih untuk duduk dekat pintu. Setidaknya dengan duduk dekat pintu aku bisa lebih agak tenang.

Akhirnya kami pun berangkat. Aku mencoba untuk menenangkan perasaanku. Tanganku mulai terasa dingin. Dan aku hanya bisa beristighfar dalam hatiku. Tiba-tiba sebuah pertanyaan terbesit di otakku. Aku melirik ke arah kakak kelasku yang duduk di hadapanku.
“Teh..” Kataku dengan suara pelan.
“Ya?”
“Nanti perjalanannya nanjak-nanjak ga?”  Teteh itu terdiam sejenak. Dalam hati aku menggerutu betapa anehnya pertanyaanku. Semua orang yang ada di angkot tertawa gembira sambil menceritakan lawakan-lawakan mereka. Sementara aku malah nanya hal konyol dengan muka yang tegang.
“Ehm ia.. tapi ga terlalu nanjak ko..”



Fyuuuhhh.. Perkataan teteh tadi membuat hatiku merasa sedikit tenang. Ternyata keteganganku memang hanya bawaan trauma masa kecil ku terhadap jalan yang menanjak. Akhirnya aku pun mencoba untuk senang bersama teman-temanku. Ikut tertawa bersama dan nyanyi2 bersama. Walaupun hatiku masih tetap khawatir, tapi aku terus mengatakan pada diriku. Jalannya ga nanjak banget ko ris..

Perjalanan kami semakin dekat dengan Batu Kuda. Suasana dalam angkot semakin berisik, dan aku kembali terdiam lagi.
“Ssssstttt!!! Jangan berisik nanti ganggu konsentrasi mang angkotnya.” Kata teteh yang duduk di depan.

Seketika keadaan menjadi sunyi. Tak ada yang berbicara ataupun tertawa. Ya, nampaknya kita sudah dekat dengan gunung dan jalannya semakin menanjak dan berkelok-kelok. Duh.. katanya ga nanjak banget, tapi segini mah bagi aku udah nanjak banget.. Keluhku dalam hati. Perasaan khawatirku yang sempat mereda kini memucak lagi saat ku melihat pinggiran jalan adalah jurang. Aku terus beristigfar dalam hatiku. Aku terus melihat jalanan yang semakin menanjak dan berliku. Di depan sana aku sudah melihat tanjakan yang curam. Pak Supir semakin menancapkan gasnya untuk menghadapi tanjakan yang curam itu. Tiba-tiba saat di tengah belokan yang menanjak, mesin angkot itu mati. Keadaan menjadi panik. Pak Supir mencoba untuk menghidupkan mesin namun hasilnya nihil. Aku pun semakin takut dan tegang. Pak Supir akhirnya berteriak. “KELUAR! CEPET KELUAR!!” Aku pun sontak keluar dari angkot itu tanpa memperdulikan barang-barangku yang ada di dalam angkot. Aku dan dua orang temanku yang sudah keluar dari angkot itu mencoba menahan angkot agar tak tergelincir kebawah. Aku pun berteriak dari luar. “TOLONG! TOLONG!.” Tapi nampaknya tak ada yang mendengar teriakanku, walaupun ada warga sekitar yang melihat namun mereka tak berani menolong. Tanganku yang mungil itu tak dapat menahan angkot itu lebih lama. Angkot itu pun tergelincir ke bawah menuju jurang. Temanku yang tadi sempat keluar dari angkot kini terlempar dan terguling ke sisi jalan. Aku mendengar teriakan teman-temanku yang ada di dalam angkot. Aku pun tak tau jurang itu sedalam apa, yang jelas jika angkot itu jatuh kesana pasti akan terguling dan hancur. Pikiranku seketika kacau dan yang ada di benakku adalah.. Apakah teman-temaku akan selamat??

BUK!!!


Terdengar suara yang cukup keras dari sana. Sebuah pohon yang cukup besar telah menahan angkot itu agar tidak masuk jurang. Entah keajaiban apa yang terjadi saat itu. Mesin angkot itu kembali hidup dan Pak Supir membawanya menjauhi jurang. Alhamdulillah .. Namun, ada satu hal yang terlupakan. TEMANKU! YA TEMANKU YANG TERGULING TADI! Aku langsung menghampiri temanku yang sempat jatuh terlempar itu. Untung saja dia hanya luka kecil dan masih dalam keadaan sadar. Aku memberikannya tissue untuk membersihkan tangan dan wajahnya. Sungguh tak di percaya. Kita semua selamat. Beberapa warga sekitar menghampiri kami, mungkin untuk sekedar membantu dan menanyakan keadaan. Ternyata kata warga sekitar memang tanjakan itu dikenal berbahaya karena banyak orang yang mengalami kecelakaan di tanjakan itu. Tanjakan maut, begitulah aku menyebutnya.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami dengan jalan kaki. Karena beberapa dari kami ada yang masih shock dengan kejadian itu. Termasuk aku! Bagaimana tidak? Aku pernah merasakannya saat aku masih kecil. Dan kini Tuhan telah menyelamatkanku kedua kalinya dari peristiwa ini. Ya Allah Engkaulah sebaik-baiknya penolong. Entah apa yang terjadi pada kita di masa yang akan datang. 

Kalau saja Engkau tak menumbuhkan pohon itu. Kalau saja Engkau tak mengarahkan angkot itu ke pohon. Kalau saja Engkau tak menjadikan pohon itu sebagai penopang angkot kami.. Mungkin saja kami tak akan selamat.. Dan mungkin saja hari itu aku tak bisa melihat senyuman teman-temanku lagi.. Aku sangat sangat bersyukur.. Terimakasih Ya Allah.. Atas segalanya..


-Risa-

6 comments:

  1. :: tegang baca nya euy!! Itu teh beneran? Kapan kejadiannya Risa? Trus ada kata terguling yg dialami teman Risa, itu teh beneran terguling? Sedalam apa jurangnya? Sejaub apa teman nya terguling?

    Nah, sebagai masukan masukan, sebaiknya dideskripsikan tentang jurang nya, kira2 kedalaman brp meter.. sebab yg ada didlm benak pembaca, misalnya saya, jurang itu berarti dalem bgt, curam..bener gak? Selain itu, penggunaan kata terguling...sy membayzngkan kalo misalnya ada org terguling dr jurang, pasti luka berat. Nah, apakah benar bgtu? Jadi sebaiknya sbg masukan, pilihan katanya dpt lebih dipilih lg ya yg paling sesuai dgn kejadian waktu itu..

    tapi sy ikut senang dgn ending ceritanya: smua org selamat!

    @iicoet

    ReplyDelete
  2. ia teh agak susah juga ngejelasinnya,, saya ga tau dalemnya sih teh tapi kalo jatuh kesana entah selamat atau engga.. soalnya jurangnya kan kehalangan pohon yang itu sama rumput2 gitu.. tergulingnya itu kan baru mau keluar dari angkot ehhh tiba2 angkotnya mundur.. jadi temen saja jatoh dan itu kan di tanjakan otomatis keguling2 ke bawah.. nah untungnya posisi temen aku masih agak jauh dr jurang jadi ngegulingnya langsung ke arah rumput2 di pinggir jalan gitu.. makasih teh masukannya :)

    ReplyDelete
  3. Menegangkan Risaa... setuju sm teh Inong, more detail aja ya. Yg lainnya uda bagus ko. Keep writing!

    ~Naya

    ReplyDelete
  4. ooke teh siap! detail itu kelemahan Risa.. susah sekali,. :) bantu ya teh.. hehe

    ReplyDelete
  5. :: easy. Jika sebuah narasi butuh deksripsi detaill, do it! Misalnya, seperti kedalaman jurang, posisi si pohon itu, letak jalan raya dr mulut jurang, dan apapun agar ada gambaran bagi pembaca. Semangaaaat Risa ;)

    ReplyDelete
  6. Hai! Assalamualaikum! Ini teman risa yang terguling di jalan dalam cerita itu :))
    Mau ngasih masukan ris. Soal deskripsi, itu udah dibicarakan di atas. Kamu pasti tahu aku mau ngasih masukan tentang apa. EyD. Jangan bosen2 aku bicarain ini ya :D:D
    pertama soal titik dan koma. Ada beberapa tempat yang harusnya dikasih titik, bukan koma. Kalo mau tau tanya aku aja lewat apapun okeh, atau cobe temukan sendiri haha.
    Lalu soal elipsis. Tau elipsis? Bahasa gaholnya mah titik-titik. Elipsis itu tiga titik, ga ada di EyD dua titik. Jadi kalo mau bikin kalimat terputus2 mending pake tiga titik(elipsis) aja ya, dan di antara elipsis itu dikasih spasi. Kalo mau contoh tanya pribadi lagi aja ya:))

    dikit lagi deh. Penempatan kata 'di' masih ada yang terbalik-balik. 'di' gabung sama kata kerja, pisah sama kata tempat.

    Ada lagi sih tapi bisi terlalu menggurui. Semangat nulis muah muah aku menunggu karyamu berikutnya ~~

    ReplyDelete