Sunday, July 13, 2014

Dear Sinta Ridwan

Aku sungguh percaya, bahwa Penciptaku sangat menyayangiku. Terbukti dengan Dia sering menyentilku dengan berbagai cobaan. Walaupun aku tak sekuat Maria atau Ong Tien-istri dari Sunan Gunung Jati-tapi aku adalah aku. Aku akan menyikapi anugerah itu dengan caraku.Bersyukurlah bagi kalian yang hidup tanpa dihantui rasa sakit. Jagalah kesehatan hati dan pikiran. Jangan sia-siakan kesehatan dan kebahagiaan yang telah diberikan oleh Pencipta dalam hidup ini.(Berteman dengan Kematian-Sinta Ridwan)

Dear Readers, Dear Team...

I write this letter to Sinta Ridwan, "Berteman dengan Kematian" writer. One of my favourite novels.



 Dear Sinta Ridwan,

I’m one of your “Berteman Dengan Kematian” readers. Perkenalkan, panggil aja aku Naya. Ketika membaca novel kamu, aku hanya “melumat” nya 4 jam saja. Bahasa yang kamu pakai sederhana dan mengalir. Seperti membaca buku diary milik teman lama. Oya, aku juga sangat suka puisi-pusi Si Hidup. Kamu sangat pandai membuat puisi, Sinta.

Ah, kenapa ya aku tiba-tiba ingin menulis surat ini padamu? Sesungguhnya, aku ingin berterima-kasih padamu yang telah berbagi kisah hidupmu. Tak ada yang kamu tutup-tutupi. Hal-hal sulit yang telah kamu lewati. Banyak sekali yang bisa aku ambil dan jadikan pelajaran-pelajaran, Sinta. Hidup kamu yang keras dan sering dikecewakan orang-orang terdekat justru membentuk kamu yang punya pandangan bahwa hanya kamu-lah yang dapat menghidupkan dan mengendalikan hidup kamu sendiri. Bukan orang lain. Karena itulah sekarang aku punya cara pandang baru lagi dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Terima kasih ya, Sinta.

Setelah baca buku kamu aku langsung googling tentang kamu, aku juga baca komentar-komentar orang terhadap novel Berteman dengan Kematian di Goodreads. Memang betul kan, kisah kamu menginspirasi banyak orang. 

Aku pun menonton youtube kamu saat kamu didatangi oleh Andi F. Noya dan aku ikut  menangis bahagia bersama kamu saat menontonnya. Team Kick Andy menyerahkan hadiah atas dedikasimu dalam melestarikan aksara kuno pada program Kick Abdy Heroes 2012. Oya, aku pernah baca tentang kamu di Koran PR.  Kamu banyak melakukan hal dengan passion-mu. Menyebarkan informasi tentang aksara kuno bahkan kamu membuka kelas aksara kuno gratis.

Hal yang membuat aku sangat terenyuh adalah saat membaca bagian kamu membelikan kalung buat ibu kamu, Sinta. Dengan pendapatan kamu yang terbatas sebagai waitress paruh waktu, kamu tetap bisa memberikan sesuatu untuk Ibumu. Itu membuat aku tertegun cukup lama dan bertanya sama diri sendiri, “ Apa yang sudah aku berikan pada wanita yang sangat aku sayangi dan hormati?” aku baca, betapa kamu kecewa dengan beberapa hal yang sudah dilakukan ibu kamu, tapi kamu tetap menghargai dan bahkan ingin membahagiakan dengan memberikannya sesuatu di tengan keterbatasan kamu saat itu. Lagi, aku menangis.

Satu hal yang sangat membuat aku kagum dengan ketegaran kamu adalah kamu merahasiahkan penyakitmu dari keluargamu. Mencoba menghadapinya sendiri lupus itu. Bolak-balik berobat menyelusuri lorong-lorong rumah sakit hanya seorang diri. Mungkin, aku tak bisa sekuat itu, Sinta. But, You are! You are so tough.
Sekarang gimana keadaan kamu, Sinta? Semoga “pil-pil” bahagia itu selalu dapat membuat si serigala tertidur. Dan kamu bisa tetap melakukan ribuan hal menyenangkan. Senang mengetahui kamu tengah berada di Perancis menyelesaikan studi S3-mu.

Well, Sinta. Aku rasa sekian dulu ya email aku. Sekali lagi, terimakasih. Mungkin kamu gak sadar bahwa Novel kamu sungguh sudah memberikan banyak kebaikan untuk aku, salah satunya untuk tetap semangat menjalani hari-hari. Selalu tersenyum dan bahagia.



Love,

Naya



NB: Btw, aku tuh se-angkatan sama kamu di STBA Yapari ABA. Aku anak kelas B yang gak berorganisasi dan gak pandai bergaul jadi kamu pasti gak kenal aku. Hehehe. NIM aku: 03. 111. 104. *rada ga penting bgt info ini. Hahahaha.


Berteman dengan kematian adalah novel true story yang ditulis Sinta Ridwan tentang kehidupannya. Masa-masa asa kuliah menjadi masa menghadapi kenyataan bahwa Sinta mengidap penyakit lupus. Penyakit kelainan darah yang menyerang kekebalan tubuh. Sinta melalui masa kecil yang yang berat tetapi itu tidak menjadikannya putus asa. Merantau ke kota Bandung dan memilih meninggalkan Cirebon yang terlalu memberikan banyak kenangan pahit membuat Sinta menjadi pejuang sendirian.

                Setelah menyelesaikan S1 di jurusan Bahasa Inggris STBA Yapari, S2 jurusan Filologi UNPAD, sekarang Sinta sedang merampungkan S3 di Perancis. Penyakitnya tidak menjadi penghalang akan keinginannya untuk melakukan banyak hal. Sinta memilih mengubah cara pandangnya dalam menghadapi penyakitnya dan itu justru menjadi ‘obat’ mujarab. Senyum dan bahagia adalah obat mujarab itu. Selain “Berteman Dengan Kematian.”
She’s one of my inspirational writing. She writes with heart. Tapi sayang, sekarang Berteman dengan Kematian hanya dijual online dengan memesan kepada Penerbitnya. Selain tentang kisah hidupnya, lewat novel tersebut kita pun akan mendaptakan informasi mengenai apa lupus itu.







~Naya 

3 comments:

  1. :: tissue...tissue...mana tissue...huuhuhuhuhu...

    Saya pernah mendengar kisah tersebut melalui dosen, bahkan katanya dia lah orang yang satu-satu nya konsisten menjaga agar keutuhan aksara tradisional. May God! Salut pisan lah sama orang yang minoritas, sebab jumlah boleh sedikit, tapi soal kualitas, sepertinya tidak patut dipertanyakan lagi. Terimakasih banyak ya Teh atas sharing kisah dari tokoh favorit teteh...sungguh memberi inspirasi. Saya jadi kesentil karena justru saya yang sehat, bugar, montok dan berisi ini, malah kadang-kadang malas dan tidak maksimal dalam satu bidang. Tapi setelah baca kisah ini, saya tidak mau kalah. HARUS SEMANGAT !!!!

    Thanks ya Teh...
    @iicoet

    ReplyDelete
  2. baru pertama denger teh Sinta Ridwan #kemana aja risss... makasih teh surat yang menginspirasi

    -Risa-

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah.. iya sama2 yaa. Kita doain teh sinta jg yuk smoga terus sehat. Aamiin.

    ~Naya

    ReplyDelete